Selasa, 19 September 2023

Cara menangani marah menurut Imam Ghazali

 

Imam Ghazali dan cara menangani marah


Imam Ghazali memberikan contoh tentang sifat marah dan mengikut kemahuan hawa nafsu yang menjadi satu daripada punca besar keburukan akhlak seseorang. Sebenarnya kedua-dua tabiat ini boleh dikawal dan dikendalikan dengan melatihnya sedikit demi sedikit. Bahkan agama memang menyuruh manusia berbuat demikian.

Firman Allah dan Surah al-A'raf ayat 31 yang bermaksud: .."Dan makanlah serta minumlah dan jangan pula kamu melampau-lampau: sesungguhnya Allah tidak suka akan orang yang melampaui batas".

Dalam usaha melatih diri untuk mengawal hawa nafsu, kadang-kadang nafsu syahwat itu dapat menguasai jiwa manusia sehingga akal yang sempurna pun terlepas daripada mengendalikannya, tidak terdaya untuk menahannya daripada melakukan perkara-perkara yang keji atau maksiat. Tetapi apabila ia segera menyedari keterlanjurannya itu lalu bertaubat dan berazam untuk kembali kepada yang benar, maka insya Allah ia akan berjaya dan budi pekertinya akan berubah semula kepada yang baik dengan izin Allah.

PUNCA kenapa timbul MARAH

sakit hati
rasa dianiayai
benci
dendam
tidak puas hati
rasa tidak patut diperlakukan sebegitu
dizalimi
dihina
dicaci
difitnah
ditipu

bagaimana utk menghilangkan RASA-RASA pnyebab MARAH

sabar
redha
memaafkan
melupakan kesalahan orang kepada kita
mendoakan kesejahteraan org yg menyebabkan kita marah

Rawatan segera

1. Jika marahnya dalam keadaan berjalan/mundar-mandir, suruh duduk. (sambil baca Auzubillah himinashsyaitan nirrajim)
2. Jika dia marah dalam keadaan berdiri, suruh duduk (sambil baca Auzubillah himinashsyaitan nirrajim)
3. Kalau dia marah dalam keadaan duduk, suruh dia berbaring. (sambil baca Auzubillah himinashsyaitan nirrajim)
4. Berikan segelas air yang siap dibaca bismillah 5
5. Bila agak surut, suruh berwuduk

Cara untuk menyembuhkan penyakit marah pada diri sendiri:

1. Berdoa kepada Allah "Azza wa Jalla yang membimbing dan menunjuki hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus dan menghilangkan sifat-sifat jelek dan hina dari diri mereka.

2. Terus menerus berzikir pada Allah seperti membaca Al-Qur'an, bertasbih, bertahlil dan istighfar karena Allah telah menjelaskna bahwa hati manusia akan tenang dan tentram dengan mengingatn-Nya. Dia berfirman :

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar-Ra'd : 28).

3. Mengingat nas-nas yang menganjurkan untuk menahan amarah dan balasan bagi orang yang mampu menahan amarahnya, seperti sabda Nabi:
"Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di hari kiamat) Allah akan memanggilnya dihadapan para makhluk-Nya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari syurga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemauannya." (HR. Tirmidzi, ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat Shahihul jami' No.6398).

4. Merubah posisi ketika marah, seperti jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya ia duduk, dan jikalau ia duduk hendaklah ia berbaring, sebagaimana perintah Rasulullah dalam sabda beliau :

"Apabila salah seorang diantara kalian marah sedangkan ia dalam posisi berdiri, maka hendaklah ia duduk. Kalau telah reda/hilang marahnya (maka cukup dengan duduk saja), dan jika belum hendaklah berbaring." (Al-Misykat 5114).

5. Rasulullah bersabda bermaksud:

"Apabila seseorang daripada kamu marah, maka hendaklah ia mengambil wuduk. Maka sesungguhnya marah itu daripada secebis api." (Riwayat Abu Daud).

6. Rasulullah bersabda bermaksud:

"Sesungguhnya marah adalah secebis api yang dinyalakan dalam hati. Tidakkah engkau melihat kepada kedua-dua matanya yang merah dan urat-urat lehernya yang mengelembung? Maka apabila salah seorang daripada kamu berasakan sesuatu dari yang demikian, maka rapatkan diri kamu ke muka bumi (duduk menenangkan diri atau sujud kepada Allah)." (Riwayat al-Tirmizi)

Kesimpulannya, tujuan dikawal hawa nafsu bukanlah hendak mencabutnya sama sekali dari akar umbinya atau menghapuskannya dari tubuh manusia yang dituntut hanyalah untuk mengembalikannya ke tempat yang benar dan sederhana. Sifat marah misalnya, dituntut agar tahu mempertahankan diri, jangan sampai mendiamkan diri atau terlalu pengecut walaupun diri atau umat Islam seluruhnya diancam dan dimusuhi, demikian juga jika hhukum-hukum agama dipersenda dan dicabuli. Sabar ada batasannya. jangan sampai dipijak. jangan sampai maruah dijatuhkan.

Firman Allah dalam surah Al-Imran:134

orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan

Dalam hubungan ini, Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Sebenarnya aku ini seorang manusia. Aku marah seperti mana manusia marah (Hadis Riwayat Muslim dan Anas)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan