Jumaat, 10 Mei 2024

"3 SEBAB KUCING DATANG PADA KITA..".

 


"3 SEBAB KUCING DATANG PADA KITA..".


Pertama

Allah sedang beritahu makanan kita, hak kita itu bukan semuanya rezeki kita. Sebahagiannya rezeki kucing itu. Sebab itu ia datang pada kita.

Kedua

Allah sedang beritahu apabila kita memberi makanan kepada kucing itu, rezeki lain akan Allah ganti yang lebih baik. Sebab 1 kebaikan itu Allah balas 10 kebaikan. Allah maha mampu memberi lebih dari itu.

Ketiga

Allah sedang bagi tahu apabila kita tak memberi makanan kepada kucing itu, sebenarnya kita sedang menolak rezeki baru yang Allah berikan kepada kita. Rezeki itu luas bukan hanya pada uang. Tetapi meliputi semua kehidupan. Ingin ikhlas memberi, berilah pada hewan karena hewan tak pandai mengucapkan terima kasih kepada kita. Ia hanya tahu minta dan makan.

Alhamdulillah !!! Baca 2 Ayat Ni Setiap Malam,Nescaya Allah Akan Lancarkan Rezekimu..

 


Baca 2 Ayat Ni Setiap Malam

Alhamdulillah !!! Baca 2 Ayat Ni Setiap Malam,Nescaya Allah Akan Lancarkan Rezekimu..  Baca Penuh Disini



kecukupan. Dua ayat saja? Iya, hanya dua ayat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

#“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada malam hari, niscaya ia tercukupi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

#Dalam Nuzhatul Muttaqin syarh Riyadhush Shalihin, Syaikh DR Mustofa SaidAl Khin, Syaikh DR Mustofa Al Bugho, Syaikh Muhyidin Mistu, Syaikh AliAsy Syirbaji dan Syaikh Muhammad Amin Luthfi menerangkan bahwa salah satu makna tercukupi dalam hadits ini adalah tercukupi keperluan dunia dan akhiratnya serta terhindarkan dari semua keburukan.

#Hadits ini pula yang dicantumkan oleh Ibnu Katsir saat menjelaskan keutamaan dua ayat terakhir surat Al Baqarah ini dalam tafsirnya. Dua ayat terakhir dalam surat Al Baqarah tersebut tidak lain adalah firman-Nya:
آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِا للَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

 لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an) dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan seseorang pun di antara rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

#Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al Baqarah: 285-286)

Wallahu a’lam

Mee rebus...


Berbuka Puasa hari ke 3, Puasa 6 Shawal.  Hari ni buat Mee Rebus.  Jika kita makan mee rebus kita mahukan cili hijau untuk jadikan ulamnya.  Di samping bawang goreng dan rebusan sayur.  Jika saya Mee rebus perlu saya lengkapkan dengan telur rebus. 


Hari ni kuah meenya agak gelap... gulanya saya letakkan gula kabung kerana gula putih terputus..hihi.


Bubur kacang, airnya susu segar, bubur kacang.  mempelam apple masak.

MELAMPAU!! BERMUSUH DENGAN SALAFI SEORANG USTAZ FITNAH IBNU TAIMIYAH

02-04-2024 Ustaz Ahmad Hasyimi : Tadabbur Surah Ali-Imran Siri Ke-15

Agama Tok Guru Better Dari Ajaran Nabi? Perlis Ajar Semua Mazhab Tapi Me...

Bersyukur dan amanah terhadap semua...




Mari kita bersyukur dan amanah terhadap diri dan semua. Aamiin

Salam Jumaat



 

🔴LIVE 07-05-2024 Ustaz Rizal Azizan : Sangka Baik Dengan Allah

Rukyah...Ruqyah adalah sebuah praktik spiritual dalam agama Islam ,

 Ruqyah adalah sebuah praktik spiritual dalam agama Islam yang melibatkan penggunaan ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa tertentu untuk meminta perlindungan dan kesembuhan dari Allah swt.


Praktik ruqyah telah dilakukan oleh umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad saw. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, praktik ruqyah seringkali disalahgunakan dan disalahpahami oleh masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memahami pengertian, dalil, dan hukumnya dalam agama Islam. 


Mendengar kata ruqyah, kebanyakan orang mungkin akan tertuju pada praktik pengobatan mistis untuk menangani penyakit-penyakit nonmedis seperti kesurupan, guna-guna, santet, teluh, dan gangguan gaib lainnya. Padahal, ruqyah tidak selalu berkaitan dengan hal-hal demikian. Sebab, ruqyah juga digunakan untuk pengobatan medis.  


Kalau kita coba mendefinisikan, ruqyah merupakan praktik pengobatan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, doa-doa, atau zikir-zikir khusus untuk menyembuhkan orang yang memiliki keluhan penyakit medis ataupun nonmedis. Dalil praktik pengobatan demikian adalah firman Allah swt berikut: 


وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا 



Artinya: Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian (Surat Al-Isra ayat 82).


Dilansir dari NU Online, ayat ini menjelaskan bahwa salah satu manfaat Al-Qur’an bagi manusia adalah obat bagi orang-orang yang beriman. Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya menyampaikan, kata syifâ (penawar atau obat) pada ayat di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an bisa menjadi obat baik untuk penyakit rohani atau jasmani.  

........................................

Lebih tegas, Ar-Razi mengatakan: Jika mayoritas filsuf dan ahli pembuat jimat saja bisa menyembuhkan dengan bacaan-bacaan selain Al-Qur’an, maka jelas Al-Qur’an lebih manjur karena sudah mendapat legalitas teologis. Rasulullah saw sendiri telah menyampaikan, Siapapun yang tidak (mencari) kesembuhan dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan memberikan kesembuhan baginya (Ar-Razi, Tafsir Al-Kabir, tanpa tahun: juz XXI, halaman 34).


Tidak jauh berbeda, Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, kata syifâ juga memiliki arti obat bagi penyakit medis dengan metode ruqyah, meminta perlindungan kepada Allah, dan semisalnya. Al-Qurthubi mendasari penjelasannya dengan hadits panjang berikut:



Ruqyah adalah sebuah praktik spiritual dalam agama Islam yang melibatkan penggunaan ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa tertentu untuk meminta perlindungan dan kesembuhan dari Allah swt.


Praktik ruqyah telah dilakukan oleh umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad saw. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, praktik ruqyah seringkali disalahgunakan dan disalahpahami oleh masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memahami pengertian, dalil, dan hukumnya dalam agama Islam. 


Mendengar kata ruqyah, kebanyakan orang mungkin akan tertuju pada praktik pengobatan mistis untuk menangani penyakit-penyakit nonmedis seperti kesurupan, guna-guna, santet, teluh, dan gangguan gaib lainnya. Padahal, ruqyah tidak selalu berkaitan dengan hal-hal demikian. Sebab, ruqyah juga digunakan untuk pengobatan medis.


Kalau kita coba mendefinisikan, ruqyah merupakan praktik pengobatan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, doa-doa, atau zikir-zikir khusus untuk menyembuhkan orang yang memiliki keluhan penyakit medis ataupun nonmedis. Dalil praktik pengobatan demikian adalah firman Allah swt berikut: 


وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا  


Artinya: Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian (Surat Al-Isra ayat 82).


Dilansir dari NU Online, ayat ini menjelaskan bahwa salah satu manfaat Al-Qur’an bagi manusia adalah obat bagi orang-orang yang beriman. Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya menyampaikan, kata syifâ (penawar atau obat) pada ayat di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an bisa menjadi obat baik untuk penyakit rohani atau jasmani. 


Lebih tegas, Ar-Razi mengatakan: Jika mayoritas filsuf dan ahli pembuat jimat saja bisa menyembuhkan dengan bacaan-bacaan selain Al-Qur’an, maka jelas Al-Qur’an lebih manjur karena sudah mendapat legalitas teologis. Rasulullah saw sendiri telah menyampaikan, Siapapun yang tidak (mencari) kesembuhan dengan Al-Qur’an, maka Allah tidak akan memberikan kesembuhan baginya (Ar-Razi, Tafsir Al-Kabir, tanpa tahun: juz XXI, halaman 34).


Tidak jauh berbeda, Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, kata syifâ juga memiliki arti obat bagi penyakit medis dengan metode ruqyah, meminta perlindungan kepada Allah, dan semisalnya. Al-Qurthubi mendasari penjelasannya dengan hadits panjang berikut

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ , أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ سَرِيَّةً عَلَيْهَا أَبُو سَعِيدٍ فَمَرَّ بِقَرْيَةٍ فَإِذَا مَلِكُ الْقَرْيَةِ لَدِيغٌ , فَسَأَلْنَاهُمْ طَعَامًا فَلَمْ يُطْعِمُونَا وَلَمْ يُنْزِلُونَا , فَمَرَّ بِنَا رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةِ , فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْعَرَبِ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يُحْسِنُ أَنْ يَرْقِيَ؟ إِنَّ الْمَلِكَ يَمُوتُ , قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: فَأَتَيْتُهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ فَأَفَاقَ وَبَرَأَ , فَبَعَثَ إِلَيْنَا بِالنُّزُلِ وَبَعَثَ إِلَيْنَا بِالشَّاءِ , فَأَكَلْنَا الطَّعَامَ أَنَا وَأَصْحَابِي وَأَبَوْا أَنْ يَأْكُلُوا مِنَ الْغَنَمِ حَتَّى أَتَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ الْخَبَرَ , فَقَالَ: «وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ شَيْءٌ أُلْقِيَ فِي رَوْعِي , قَالَ: فَكُلُوا وَأَطْعِمُونَا مِنَ الْغَنَ


Artinya: Abu Sa’id al-Khudri ra telah menceritakan kami bahwa Rasulullah saw pernah mengutus sekelompok pasukan dan Abu Sa’id berada bersama mereka. Pasukan itu kemudian melewati sebuah perkampungan. Ketika itu pemimpin kampung itu digigit hewan melata. Kami lalu meminta makanan kepada mereka, namun mereka enggan memberinya dan tidak menyuruh kami singgah.  


Tak lama kemudian salah seorang penduduk kampung tersebut melewati kami dan berkata, ‘Wahai sekalian orang Arab, apakah di antara kalian ada yang pandai meruqyah? karena pemimpin kami hampir mati.’ Abu Sa’id berkata, ‘Aku lalu mendatanginya dan membacakan surah Al-Fatihah kepadanya. Akhirnya, ia siuman dan sembuh.’  


a lalu memberi kami persinggahan dan beberapa ekor domba. Setelah itu kami menyantap makanannya, namun mereka enggan memakan domba tersebut. Ketika kami sampai kepada Rasulullah saw, aku menceritakan hal tersebut kepadanya. Mendengar itu, beliau berkata, ‘Apa yang membuatmu tahu bahwa ia adalah ruqyah?’ Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, ada sesuatu (ilham) yang dibesitkan di hatiku.’ Beliau bersabda, ‘Kalau begitu makanlah dan berilah kami makan dari domba tersebut (HR Ad-Daraquthni Nomor 3018) (Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, tanpa tahun: juz x, halaman 315). 


Melalui ayat Al-Qur’an dan hadits di atas, jelas bahwa pada dasarnya praktik ruqyah dibenarkan dalam Islam. Masih banyak ayat dan hadits lain yang dijadikan dasar oleh para ulama terkait keabsahan ruqyah.  


Sejumlah ulama bahkan menulis kitab khusus untuk menjelaskan metode pengobatan ini secara komprehensif seperti kitab ensiklopedis berjudul Mawsu’atur Ruqiyah fi ‘Ilajis Sihri wa Tahardil Jinni wasy Syayathin karya Abul Barra’ Usamah bin Yasin al-Ma’ani.  


Lalu bagaimana dengan praktik ruqyah yang  tidak menggunakan ayat Al-Qur’an atau tidak ma’tsur (tidak diajarkan oleh Rasulullah)?  Pertanyaan ini memang kerap disampaikan banyak orang. 


Pasalnya, ada praktik ruqyah yang menggunakan bacaan-bacaan khusus bukan bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Seperti pengobatan menggunakan zikir asma-asma suryani, yaitu bahasa kuno yang banyak ditemui dalam pengobatan-pengobatan hikmah. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa membaca pemaparan Ibnu Hajar al-Haitami berikut: 


وحيث كان في الرقية اسم سريانيّ مثلاً لم يجز استعمالها قراءة ولا كتابة، إلا إن قال أحد من أهل العلم الموثوق بهم: إن مدلول ذلك الاسم معنى جائز؛ لأنّ تلك الأسماء المجهولة المعنى قد تكون دالة على كفر أو محرم، كما صرّح به أئمتنا، فلذلك حرموها قبل علم معناها


Artinya: Jika dalam praktik ruqyah seumpama terdapat asma suryani, maka tidak boleh membaca dan menuliskannya kecuali sudah mendapat legalitas dari orang yang kompeten di bidangnya. Sebab, asma-asma yang artinya tidak diketahui terkadang bisa mengarah pada kekufuran atau keharaman. Demikian menurut imam-imam kami. Sebab itu, para ulama mengharamkannya sebelum tahu maknanya (Ibnu Hajar, Al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra, juz I, halaman 37). 


Dari penjelasan Ibnu Hajar di atas dapat dipahami bahwa kita harus hati-hati dengan pengobatan menggunakan dzikir-dzikir yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an atau dajarkan oleh Nabi. Pengguna harus tahu artinya terlebih dahulu. Dan yang tidak kalah penting memiliki guru dan sanad yang jelas.  


Sekadar menyebutkan contoh, penggunaan asma suryani seperti pada Asma Birhitiyah yang dijelaskan oleh Abul ‘Abbas Ahmad bin Ali Al-Buni dalam Mamba’ Ushûlil Ḫikmah. Asma tersebut berjumlah 14 dan semuanya memiliki arti yang jelas sebagaimana asmaul husna. Dzikir ini tidak bisa diamalkan sembarangan. Harus ada guru dan sanad yang jelas.  


Kesimpulannya pengobatan dengan praktik ruqyah diperbolehkan dalam Islam. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang menjadi dasarnya. Dengan catatan, jika ada praktik pengobatan demikian tidak ditemukan landasannya baik dalam Al-Qur’an dan hadits seperti penggunaan asma suryani, maka boleh asalkan tahu artinya dan memiliki guru serta sanad yang jelas. Dan yang tidak kalah penting, baik praktisi atau pasien ruqyah harus meyakini bahwa kesembuhan dari Allah swt. 



(🔴LIVE) 09-05-2024 Ustaz Adli Mohd Saad: Aqidah Islam Manhaj Salaf (Siri...

Apa. Khabar..