Jumaat, 10 Oktober 2025

10 Oktober 2025 || Tazkirah Ringkas | Ustaz Abd Muein Abd Rahman

09-10-2025 SS Prof Dato Dr MAZA : Ketokohan Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi...

Reason to luv onion

 


 

Benarkah Belakang Tapak Tangan Itu Aurat?



Persoalan mengenai aurat wanita tampak remeh namun saya percaya masih ramai di luar sana yang tidak tahu, salah faham atau mungkin keliru. Kenyataan ini dikuatkan lagi dengan dapatan kajian rawak yang saya lakukan di sosial media. Berikut dapatan kajian tersebut; 


Statistik menunjukkan majoriti SALAH menjawab soalan yang diberikan. Anggaran kasarnya adalah seramai 4400 orang daripada 7042 orang yang mengambil bahagian dalam poll ini. Angka ini menunjukkan bilangan yang serius dan tidak boleh diremehkan. Ternyata persoalan agama yang tampak remeh dan mudah, sentiasa perlu didedah dan diajar kepada masyarakat dari masa ke semasa.


Tidak Aurat

Kita selalu diajar atau didedahkan bahawa aurat wanita ialah seluruh tubuh kecuali muka dan tapak tangan. Ini bermakna belakang telapak tangan ialah aurat yang perlu ditutup. Mungkin kerana itu, kita dapati sebahagian wanita menutup belakang telapak tangan mereka dengan kain. Tambahan, kini sudah ada terjual sarung tangan (hand sock) yang menutup bahagian belakang tapak tangan.

Hakikat yang betul ialah aurat wanita ialah seluruh tubuhnya kecuali muka dan pergelangan tangan. Ya, seluruh pergelangan tangan tidak aurat. Ini bermakna bukan tapak tangan sahaja tidak aurat malah belakang tapak tangan juga termasuk bukan aurat wanita.

Bagaimana salah faham ini terjadi?

Antata faktornya ialah mungkin kerana pengajar atau penterjemah buku fiqah menterjemahkan secara zahir perkataan al-Kaffain sebagai tapak tangan. Perlu diingati bahawa tersalah menterjemah perkataan bahasa Arab ke dalam bahasa asing sangat memberi kesan besar kepada masyarakat terutama jika melibatkan teks-teks Al-Quran dan Hadith yang mengandungi hukum. Salah satu contoh ialah kes yang sedang dibincangkan ini.

Perkataan al-Kaffain secara zahir memang lah membawa maksud tapak tangan dalam bahasa melayu. Namun begitu, perkataan al-Kaffain menurut ulama' fiqh dan bahasa Arab ialah tapak tangan zahir dan batin. Telapak tangan yang zahir ialah bahagian luar manakalah telapak tangan batin ialah bahagian dalam.

Ini juga menunjukkan betapa pentingnya memahami teks-teks agama berdasarkan bahasa asal ia diturunkan. Untuk memahaminya, kita perlu merujuk pandangan ulama' fiqah dan bahasa Arab.

Had pergelangan tangan pula ialah dari jari sehingga tulang al-ku' (الكوع). Diatas tulang itu maka bukan lagi pergelangan, ia aurat yang perlu ditutup.

Sufyan at-Thauri

 

Sufyan at-Thauri




Nama dan Latar Belakang



Nama sebenar beliau ialah Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al Kufi. Beliau seorang Al-hafiz adl Dlabith (Penghafal yang cermat). Ia lahir di Kufah pada tahun 97 Hijrah.Ayahnya Sa’id salah seorang ulama Kufah yang dikenali teliti dalam periwayatan hadith sehingga Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah dan Yahya bin Ma’in menggelarnya “Amirul Mu’minin fi al-Haditth”, gelar yang sama disandang oleh Malik bin Anas.

Mula-mula ia belajar dari ayahnya sendiri, kemudian dari guru-guru dan ilmuan di masa itu sehingga akhirnya ia mencapai tingkatan yang tinggi di bidang Hadith dan teologi. Ia telah mendirikan sebuah madzhab fiqh yang bertahan selama dua abad

Berkata Al-Khatib al Baghdadi ketika ditanya mengenai Sufyan at-Thauri: 

“Sufyan adalah salah seorang diantara para imam kaum muslimin dan salah seorang dari pemimpin agama, kepemimpinannya disepakati oleh para ulama, sehingga tidak perlu lagi pengukuhan terhadap ketelitian, hafalannnya”.

Sufyan at-Tsauri meriwayatkan hadith dari Al-A’masi (sulaiman bin Mihran), Abdullah bin Dinar, Ashim al-Ahwal, Ibn al-Munkadir dan lainya.

Sedangkan yang diriwayatkan darinya ialah Aburahman Auza’i, Abdurahman bin Mahdi, Mis'ar bin Kidam dan Abban bin Abdullah al-Ahmasi. Orang terakhir yang meriwayatkan darinya adalah Ali bin al-Ja’d.

Berkata Abdullah bin Mubarak : 

"Aku telah mencatat dari 1100 orang guru dan aku tidak pernah mencatat dari seseorang yang keutamaanya melebihi Sufyan”. 

Namun ada diantara ulama meriwayatkan dari Ibn Mubarak bahwa Sufyan Ats-Tsauri terkadang meriwayatkan Hadith Mudallas.

Berkata Ibnu Mubarak :

"Aku pernah menceritakan hadith kepada Sufyan, lalu pada kesempatan lain aku datang kepadanya ketika ia tengah mentadlis kan hadits tersebut, dan ketika ia melihatku tampak ia malu dan berkata :” Aku meriwayatkan bersumber dari anda”. Jika ini benar, untuk menyepakati antara dua perkataan Ibn al-Mubarak maka pentadlisan yang dilakukan Sufyan itu termasuk tadlis yang tidak membuatnya tercela. Karena itu ia berkata kepada Ibn Mubarak: “Aku meriwayatkannya bersumber dari anda”. Dengan perkataan tersebut ia menghendaki bahwa sanad hadits yang sampai kepadanya tersebut dianggap tsiqah (dipercayai).


Pujian Para Ulama Terhadapnya 

Sufyan bagaikan lautan yang tidak diketahui kedalamannya, bagaikan air bah yang mengalir yang tidak mungkin terbendung. Diantara pujian para ulama terhadap beliau adalah: 

1. Berkata Waqi’  : “ Sufyan adalah bagaikan lautan ilmu”. 

2. Sedang Al-Auza’I juga mengatakan: “Tidak ada orang yang mampu membuat ummat merasa redha dalam kebenaran kecuali Sufyan.” 

3. Berkata Sufyan bin ‘Uyainah : “Aku tidak melihat ada orang yang lebih utama dari Sufyan, sedang dia sendiri tidak merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling utama.” 

4. Dari Yahya bin Said, bahwa orang-orang bertanya kepada kepadanya tentang Sufyan dan Syu’bah, siapakah diantara keduanya yang paling disenangi? 

Yahya bin Said menjawab, “Persoalannya bukan karena senang, sedangkan jika karena rasa senang, maka Syu’bah lebih aku senangi dari Sufyan, karena keunggulannya. Sufyan bersandarkan kepada tulisan sedang Syu’bah tidak bersandar kepada tulisan. Namun Sufyan lebih kuat ingatannya dari Syu’bah, aku pernah melihat keduanya berselisih, maka pendapat Sufyan Ats-Tsauri yang digunakan.” 


5. Berkata Yahya bin Ma’in :“Tidak ada orang yang berselisih tentang sesuatu dengan Sufyan, kecuali pendapat Sufyanlah yang digunakan.” 

6. Berkata Ahmad bin Abdullah Al-Ajli : “Sebaik-baik sanad yang berasal dari Kufah adalah dari Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari Abdullah.” 

7. Ulama-ulama besar, seperti Syu’bah, Sufyan bin Uyainah, Abu ‘Ashim An-Nabil, Yahya bin Ma’in dan yang lain berkata, “Sufyan adalah Amirul Mukminin dalam hadith.” 

8. Berkata Ibnu Al-Mubarak :“Aku telah menulis hadits dari 1100 guru, namun aku tidak tidak bisa menulis sebaik Ats-Thauri.” 

Al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalaini telah menuturkan sifat-sifat baik yang dimiliki Sufyan sebagai berikut:

“Sufyan adalah pimpinan orang-orang zuhud, banyak melakukan ibadah dan takut kepada Allah. Ats-Thauri juga pimpinan orang-orang yang mempunyai hafalan yang kuat, dia banyak mengetahui tentang hadits dan mempunyai pengetahuan tentang ilmu fiqh yang mendalam. At-Thauri juga seorang yang tidak gentar cercaan dalam membela agama Allah. Semoga Allah mengampuni semua kesalahannya, yaitu kesalahan-kesalahan yang bukan hasil ijtihad.” 

Dan masih banyak lagi pujian-pujian para ulama mengenai beliau rahimahullah, dan cukuplah apa yang disebutkan menjadi bukti bahwa beliau adalah seorang ulama yang sangat dipercaya dan diakui keluasan ilmunya. 


Keteguhan Beliau Dalam Mengikuti Sunnah 

Dari Syu’aib bin Harb rahimahullah, dia berkata, “Aku berkata kepada Sufyan, “Ceritakanlah sebuah hadith yang karena hadith itu Allah akan memberikan karunia kepadaku, dan jika aku berada di sisi-Nya dan Dia menanyaiku, maka aku akan katakan, “Wahai Tuhanku, Sufyan telah menceritakan hadits ini kepadaku, maka menjadi selamatlah diriku.” 

Maka Sufyan berkata, 

“Tulislah, ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Al-Qur’an adalah Kalamullah bukan makhluk(ciptaan-Nya). Dari-Nya segala sesuatu ada dan hanya kepda-Nya semua akan kembali, dan barang siapa tidak mengakuinya maka dia telah menjadi kafir. Iman adalah perwujudan dari ucapan, perbuatan dan niat, kadar keimanan bisa bertambah dan bisa berkurang.” 

Setelah aku menulisnya, kemudian aku tunjukkan tulisan itu kepadanya, dia berkata, “Wahai Syu’aib, apa yang telah kamu tulis tidak akan bermanfaat kepadamu hingga kamu membasuh khuffain (muzzah) dan menganggap bahwa memperlahankan basmalah lebih utama dari mengeraskannya. Dan hendaknya kamu beriman kepada ketentuan atau qadar Allah, melakukan shalat berjamaah brsama imam, baik imam soleh ataupun tidak soleh.” 

Kemudian Sufyan berkata, “Jihad hukumnya wajib, mulai zaman dahulu sampai Hari Kiamat, bersabarlah di bawah pemerinyahan seorang penguasa, baik penguasa yang adil maupun penguasa yang zalim.” 

Aku bertanya, “Wahai Abu Abdillah, apakah aku harus berjamaah dalam setiap shalat?” dia menjawab, “Tidak, namun shalat Jum’at, shalat Idul Fithri dan shalat Idul Adha. Berjamaahlah di belakang imam yang kamu dapatkan dalam shalat-shalat tersebut. sedangkan untuk shalat-shalat yang lain hendaknya kamu memilih imam, janganlah kamu shalat berjamaah kecuali bersama imam yang telah kamu percaya, yaitu imam yang memegang teguh Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika kamu berada dihadapan Allah dan ditanya tentang hal-hal yang telah aku pesankan kepadamu tersebut, maka katakan, “Wahai Tuhanku, sufyan bin Said telah memberitakan komentar seperti ini, lalu biarkan masalahmu menjadi tanggungan antara aku dan Tuhanku.” 

Adz-Dzahabi memberikan komentar tentang keterangan diatas, dia berkata, “Keterangan ini benar-benar dari Sufyan.” 


Guru Beliau Rahimahullah


Al-Hafidz berkata, “Sufyan meriwayatkan dari ayahnya, Abu Ishaq Asy-Syaibani, Abdul Malik bin Umair, Abdurrahman bin ‘Abis bin Rabi’ah, Ismail bin Abu Khalid, Salamah bin Kuhail, Tharik bin Abdirrahman, Al-Aswad bin Qais, Bayan bin Bisyr, Jami’ bin Abi Rasyid, Habib bin Abi Tsabit, Husain bin Abdirrahman, Al-A’masy, Manshur, Mughirah, Hammad bin Abi Sulaiman, Zubaid Al-Yami, Shaleh bin Shaleh bin Haiyu, Abu Hushain, Amr bin Murrah, ‘Aun bin Abi Jahifah, Furas bin Yahya, Fathr bin Khalifah, Maharib bin Datsar dan Abu Malik Al-Asyja’i.” 

Beliau juga meriwayatkan dari guru-guru yang berasal dari Kufah, yang diantaranya adalah: Ziyad bin Alaqah, ‘Ashim Al-Ahwal, Sulaiman At-Tamimi, Hamaid Ath-Thawil, Ayyub, Yunus bin Ubaid, Abdul Aziz bin Rafi’, Al-Mukhtar bin Fulful, Israil bin Abi Musa, Ibrahim bin Maisarah, Habib bin Asy-Syahid, Khalid Al-Hadza’, Dawud bin Abi Hind dan Ibnu ‘Aun. 

Disamping itu, beliau juga meriwayatkan dari sekelompok orang dari Bashrah, yaitu Zaid bin Aslam, Abdullah bin Dinar, Amr bin Dinar, Ismail bin Umayyah, Ayyub bin Musa, Jabalah bin Sakhim, Rabi’ah, Saad bin Ibrahim, Sima budak Abu bakar, Suhail bin Abi Shaleh, Abu Az-Zubair, Muhammad, Musa bin Uqbah, Hisyan bin Urwah, Yahya bin Said Al-Anshari, dan sekelompok orang dari Hijaz dan yang lain. 


Murid-Murid Beliau:

Al-Hafidz berkata, “Orang-orang yang meriwayatkan darinya tidak terhitung jumlahnya, diantaranya adalah: Ja’far bin Burqan, Khusaif bin Abdurrahman, Ibnu Ishaq dan yang lain, mereka ini adalah tergolong guru-guru Sufyan Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya. 

Sedangkan murid-murid Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya adalah: Aban bin Taghlab, Syu’bah, Zaidah, Al-Auza’I, Malik, Zuhair bin Muawiyah, Mus’ar dan yang lain, mereka ini adalah orang-orang yang hidup sezaman dengannya. 

Diantara murid-muridnya lagi adalah Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Said, Ibnu Al-Mubarak, Jarir, Hafsh bin Ghayyats, Abu Usamah, Ishaq Al-Azraq, Ruh bin Ubadah, Zaidah bin Al-Habbab, Abu Zubaidah Atsir bin Al-Qasim, Abdullah bin Wahab, Abdurrazzaq, Ubaidillah Al-Asyja’I, Isa bin Yunus, Al-Fadhl bin Musa As-Sainani, Abdullah bin Namir, Abdullah bin Dawud Al-Khuraibi, Fudhail bin Iyadh, dan Abu Ishaq Al-fazari. 

Selain yang disebutkan diatas murid-muridnya yang lain adalah Makhlad bin Yazid, Mush’ab bin Al-Muqaddam, Al-Walid bin Muslim, Mu’adz bin Mu’adz, Yahya bin adam, Yahya bin Yaman, Waki’, Yazid bin Nu’aim, Ubaidillah bin Musa, Abu Hudzaifah An-Nahdi, Abu ‘Ashim, Khalad bin Yahya, Qabishah, Al-faryabi, Ahmad bin Abdillah bin Yunus, Ali bin Al-Ju’di, dan dia adalah perawi tsiqat (terpercaya) paling akhir yang meriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri. 


 Mutiara Kata Sufyan at-Thauri 

Dari Abdullah bin Saqi, dia berkata, “Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata, melihat kepada wajah orang yang berbuat zhalim adalah suatu kesalahan.” 

Dari Yahya bin Yaman, dia berkata, “Sufyan menceritakan sebuah hadits kepada kami, ‘Isa bin Maryam ‘Alaihis Salam telah berkata: mendekatlah kalian kepada Allah dengan membenci orang-orang yang berbuat maksiat dan dapatkanlah ridha-Nya dengan menjauhi mereka.” 

Orang-orang bertanya, “Dengan siapa kami harus bergaul, wahai Sufyan?” Sufyan menjawab, “Dengan orang-orang yang mengingatkan kamu untuk berdzikir kepada Allah, dengan orang-orang yang membuat kamu gemar beramal untuk akhirat, dan dengan orang-orang yang akan menambah ilmumu ketika kamu berbicara kepadanya.” 


Dari Abdulah bin Bisyr, dia berkata, “Aku mendengar Sufyan berkata, ‘Sesungguhnya hadits itu mulia, barang siapa menginginkan dunia dengan hadits maka dia akan mendapatkannya, dan barangsiapa menginginkan akhirat dengan hadits maka dia juga akan mendapatkannya.”